JIWA MANUSIA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ 
Assalamu'alaikum wr.wb.  Kajian Islam (katagori posting Kultum)
Pembaca budiman, saya selalu berdoa semoga pembaca senantiasa di rahmati Allah swt.  aamiin.

Rasiyambumen/Pelangi Khazanah Islam memposting, materi dengan judul  : JIWA MANUSIA. 

Al-Quran :  Surat An-Nazi'at 40-41
Artinya.  "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan Jiwanya dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)". (QS An-Nazi'at : 40-41)

Central pembahasan kita pada ayat di atas adalah kalimat "(orang yang) menahan jiwanya dari keinginan hawa nafsunya".    

Dalam tafsir Al-Jalalain : dijelaskan bahwa yang dimaksud adalah orang yang senantiasa mengendalikan diri dari mengikuti kehendak hawa nafsunya.  
Dalam Tafsir Ibnu Katsir : yang dimaksud adalah orang-orang yang senantiasa takut / patuh dengan Allah Azza wa Jalla dengan ketentuan hukum-Nya. Sehingga ia mengendalikan jiwanya (dirinya) dari kungkungan hawa nafsunya dan berusaha untuk senantiasa taat.
Dalam tafsir Al-Qurthubi : bahwa orang yang menahan diri dari hawa nafsunya adalah orang yang menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan perbuatan yang diharamkan. Sahal r.a. berkata bahwa meninggalkan hawa nafsu adalah pembuka pintu surga.                   

Berkaitan dengan ayat ini, Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata : Kalian sedang berada pada zaman dimana manusia mendahulukan kebenaran (al Haqq) di atas hawa nafsunya, dan akan datang suatu zaman dimana manusia mendahulukan hawa nafsunya di atas kebenaran. maka kamu berlindung dari zaman yang demikian.
Hawa nafsu (al Hawa) adalah tabiat yang telah ada sejak awal pada diri manusia . Namun diperintahkan untuk memimpin hawa nafsunya dengan kebenaran dan akal sehat. Hawa nafsu tidak dapat dimusnahkan bahkan hawa nafsu dipelihara/dikendalikan. Oleh karena itu, manusia membutuhkan bimbingan wahyu agar dapat membimbing jiwanya dan mengendalikan hawa nafsunya.
Berikut ini tingkatan (maqam) jiwa manusia dalam mngendalikan hawa nafsunya :

1. Nafsu Ammaarah  (اَلنَّفْسُ اْلأَمَّارَةٌ بِالسُّوْءِ)
Nafsu Ammarah atau Ammaratun bissu adalah jiwa yang selalu mendorong untuk berbuat keburukan dan dosa. Jiwa semacam ini dimiliki oleh golongan manusia yang hatinya dipimpin oleh jiwa nafsunya, sehingga menjadi budak yang selalu mengikuti hawa nafsunya. Hari-hari orang semacam ini hanya merisaukan dunia tetapi melupakan ibadah dan sama sekali tidak merisaukan kehidupan akherat. Ambisi dan cita-citanya hanya sebatas dunia. Puncak pengetahuannya pun hanya terbatas tentang dunia. Mereka menghabiskan waktu dalam keseharian bahkan seluruh perjalalan hidupnya untuk dunia semata. Celakanya mereka tidak pernah menyesali perbuatannya bahkan selalu memandang baik apa yang telah dilakukannya. Allah swt. berfirman :
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا       
"Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidaupan dunia ini, sedangkan meereka menyangka telah berbuat sebaik-baiknya" (QS Al Kahfi : 104)
Golongan manusia ini sangat mencintai dunia bangga dengan materi, kedudukan, kehormatan dan tidak berhenti menumpuk harta. Sebagian yang lain hanya menghabiskan waktunya untuk berbuat maksiat, seperti berzina, berjudi, menenggak minuman keras, bermain musik dan berfoya-foya sehingga kehidaupannya berantakan.  Allah swt berfirman :
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (53) 
"(Yusuf berkata) Dan aku tidak membebaskan diriku (dari hawa nafsu) karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Yusuf :53)

2. Nafsu Lawwaamah  (اَلنَّفْسُ اللَّوَّامَةِ)
Nafsu Lawwamah : adalah jiwa yang selalu menyesali dirinya. Menurut Imam Al-Ghazali nafsu Lawwamah adalah jiwa yang tidak tetap, ia selalu berubah-ubah dan berbolak-balik terkadang sadar terkadang lalai, akalnya menerima dan akalnya menyangkal sewaktu-waktu taat dan sewaktu-waktu membantah. Orang semacam ini selalu menyesal ketika usai melakukan maksiat namun tetap juga mengulangi lagi. Meng- inginkan menjadi orang yang baik-baik namun masih dengan  susah payah ia mengusahakannya. Prilakukanya bercampur baur, kadangkala beribadah dan kadangkala meninggalkannya. Orang semacam ini belum mampu istiqomah, jiwanya selalu goncang dan bimbang. Nafsu Lawwamah ini sadar akan kelalaian dan perbutan dosanya, berbeda dengan Nafsu Ammarah yang justru puas dan memandang baik kelalaiannya. Berkenaan dengan keberadaan Nafsu Lawwamah Allah swt berfirman :
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ(1) وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ(2)
"Aku bersumpah dengan hari kiamat dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)." (QS Al-Qiyyamah : 1-2)

3. Nafsu Muthma'innah :  (  ( النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
Nafsu Muthma'innah : adalah jiwa yang tenang tentram dan diberkahi oleh Allah swt. 
Menurut Imam Al-Ghazali Nafsu Muthma'innah adalah jiwa yang senantiasa mengingat Allah senantiasa tunduk kepadaNya, rindu untuk selalu berjumpa dengaNya. Imam Qathada mengatakan bahwa nafsu muthma'innah jiwa yang tenang tentram dan menerima segala ketentuan Allah swt. Mereka tidak pernah putus asa dari rahmat Allah swt. Mereka menjalani kehidupan dunia ini bagaikan pengembaraan dan tempat singgah belaka. Mereka tidak pernah merasa memiliki dunia begitupun isinya. Mereka menginginkan kepulangan ke kampung halaman yang sebenarnya, yaitu kampung akherat yang telah dijanjikan : Jiwa Muthma'innah selalu berzikir kepada Allah istiqomah dalam beribadah dan disibukkan dengan kegiatan yang bermanfaat Allah swt. berfirman : 
Artinya "Hai jiwa ynag tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka susuklah ke dalam Jamaah, hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku". (QS Al Fajr 27-30)

Mengendalikan Hawa Nafsu 
Jiwa manusia harus ditempa agar dapat menggapai maqam Muthma'innah dan menghindari jiwa yang Ammarah dan Lawwamah. Untuk melakukan ini manusaia harus mampu mengendalikan hawa nafsunya, mengekang bahkan memerangi segala nafsu yang jahat. Salah satu upaya mendidik jiwa dan mengendalikan hawa nafsu adalah dengan berpuasa. Dalam momentum di bulan puasa ini, kita jadikan sebagai media untuk menempa jiwa dan mengekang hawa nafsu.  Rasulullah saw. bersabda : "Terangilah hatimu dengan lapar (Puasa) terangilah jiwamu dengan lapar dan haus, ketuklah pintu surga dengan lapar pula." Dan pahala orang yang puasa itu seperti jihad di jalan Allah. Sesungguhnya tidak ada amal yang dicintai Allah selain seperti lapar dan haus (Puasa). Sedangkan orang yang selalu memenuhi bahkan berlebihan terhadap perutnya, tidak akan mampu memasuki kerajaan langit (surga) dan tidak pula mampu merasakan manisnya ibadah.  

Demikian sekelumit tentang JIWA MANUSIA yang telah digambarkan, ada tiga golongan Nafsu yang dimiliki setiap manusia silahkan bimbing nafsu tersebut sehingga mencapai Nafsu Muthma'innah. aamiin...

Pemabaca silakan klik link ini : ANEKA untuk menambah wawasan lainnya.         

0 Response to "JIWA MANUSIA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel